LATTOK-LATTOK DI AKHIR TAHUN 2022
mdaudbatubara.id,- Sekilas tak ada yang aneh dikehadiran Latok-latok yang muncul tiba-tiba di akhir tahun 2022, di tengah-tengah kecanggihan teknologi game, setelah menghilang puluhan tahun lalu. Tak pula ada orang yang menghubungkan ini sebagai bagian dari cara menyambut pergantian tahun ke tahun 2023. Tapi tak akan pula ada yang menyangkal bahwa kehadiran Latok-latok di akhir tahun 2022 ini benar-benar menarik perhatian.
Bahkan termasuk fenomena yang viral di berbagai media sosial. Terutama di tiktok, terlihat digandrungi hampir semua usia. Padahal Latok-latok ini terlihat biasa saja, yang keberadaannya sudah digunakan di tahun tujuh puluhan. Di kampungku Alahankae, Ulupungkut, kami menyebut namanya “Dotak-Dotak”, yang diambil dari suaranya yang kira-kira dalam pendengaran berbunyi “tak-tak”, kemudian disebut “Dotak-dotak” dengan menggunakan kata do di bagian depan sebagai imbuhan yang menguatkan sebutan untuk namanya.
Begitu memang dahulunya orang Mandailing kecenderungannya memberi nama. Seperti penamaan untuk sepeda motor dimasa awal keberadaannya disebut “Brumpit”, yang diserap masyarakat dari suara mesin yang kira-kira terdengar berbunyi “bruumm” kemudian digabungkan dengan suara klakson yang berbunyi “piitt”. Jadilah masyarakat menyebut sepeda motor dengan menggabungkan kedua kata tersebut menjadi “Brumpit”, yang mungkin karena saat itu sebagian belum melek huruf. Sekarang sepeda motor disebut “kereta”, setelah sebelumnya orang Mandailing menyebutnya “Honda” yang diambil dari merek pabrikan pembuatan sepeda motor, karena sudah banyak yang pandai membaca di masa itu. Sebutan “kereta” itu sendiri entah dari mana diserap oleh masyarakat, namun rasanya di Sumut ini menjadi sebutan yang baku.
Munculnya sebutan “kereta”, setidaknya ketika melek huruf masyarakat, mampu meyadarkan mereka dengan kehadiran berbagai merek pabrikan lain sebagai pesaing, sehingga harus mengganti nama tersebut. Dengan demikian Latok-latok, di daerah lain berbeda pula namanya, ada juga yang menyebut Tiktok, Tektek, Letek-letek yang kemungkinan penamaan ini bersumber dari hasil serapan suaranya juga, kemudian diterjemahkan menurut pendengarnya. Fenomena yang viral di media sosial ini, yang bila dicermati dari sisi kalangan yang menggandrunginya didominasi anak-anak. Disisi lainnya terdeteksi pula dari bahasa pemainnya bahwa fenomena ini penyebarannya hampir di seluruh pelosok nusantara.
Permainan ini banyak pula oleh orangtua usia di atas lima puluhan, ternyata dengan mahir memainkannya, sebagai potret bahwa game ini sudah berusia cukup tua. Sangat penting keadaan ini dicermati, karena telah memberi gambaran bahwa ketika game online menjadi pilihan yang sulit di alihkan dari perhatian anak-anak, ternyata Latok-latok, setidaknya mampu menarik sebahagian perhatian mereka. Meskipun sumbernya dari viralnya di media sosial, namun seperti memberi angin segar di awal tahun 2023 bahwa permainan tradisionil masih memiliki tempat di hati anak-anak nusantara, yang keseharian hampir melenyapkan waktunya dengan game online di handphone-nya.
Pada saat game online telah menjadi bagian yang membutuhkan perhatian khusus dalam dunia pendidikan anak saat ini, semoga saja fenomena Game Latok-latok, dapat menjadi penyemangat keluarga untuk kembali memanfaatkan berbagai macam game tradisionil menjadi pilihan anak-anak di rumah. Orang yang lahir di sekitar tahun tujuh puluhan ke bawah, terutama di pedesaan, permainannya lebih dominan buatan sendiri. Saat usia sekolah dasar, orang tua bukan melarang anak menggunakan pisau, tapi mengajarkan cara mengasah pisau, parang dan peralatan lain hingga cara menggunakannya. Berbeda dengan orangtua sekarang yang sangat khawatir terhadap anaknya saat memegang pisau dapur saja.
Keterampilan mengasah, menggunakan dan merawat peralatan merupakan bagian penting bagi anak saat itu. Selain untuk melatih diri dalam kondisi survivel ke masa dewasanya, juga mengajarkan anak-anak membutuhi keperluannya sendiri sejak dini. Anak-anak menciptakan sendiri permainannya, artinya selain mereka memiliki alat permainan, juga sejak dini sudah terdidik untuk produktif, kreatif dan inovatif. Jadi anak tidak berkarakter konsumtif seperti sekarang ini, yang dampaknya jelas kita lihat dan harus kita terima sekarang.
Produktifitas anak secara bertahap terlatih dengan sendirinya membuat mainan reflika kenderaan dengan menggunakan apa yang ada disekitarnya, mulai dari roda-roda dari kayu bulat untuk di dorong sambil berlari, meningkat menjadi membuat vespa-vespaan beroda potongan sandal bekas, yang kiri kanan dilapis potongan papan dan diberikan kayu kecil setengah meter sebagai alat dorong, membuat retek-retek dari limau dan lidi, pedati-pedatian dari kayu dan kerbaunya dari pelepah kelapa bertanduk batok kelapa sampai membuat mobil-mobilan sendiri yang cukup mirip dengan bus atau truknya aslinya. Masih banyak alat permainan masa kecil yang dibuat sendiri di masa lalu.
Dibanding dengan game online, saat ini dengan dampak yang ditimbulkannya, proses game anak-anak masa lalu, telah melatih tata kehidupan sosial yang sangat baik bagi perkembangan anak dan masa depan generasi tersebut. Selain menumbuhkan karakter produktif mulai dari proses pembuatan alat permainan sampai menggunakan permainan tersebut secara bersama, juga memunculkan semangat kebersamaan, berbagi, yang tua mengajar yang muda agar pandai, saling mengisi sebagai tim, bergantian, bertoleransi, berkomunikasi, berintegrasi dan sifat sosial lainnya. Banyak yang menjadi kenangan karena banyak kebersamaan dalam menata kehidupan yang nyaman sehingga terpatri dalam karakter sebagai bekal kedewasaan kecerdasan.
Kehidupan bersama sejak kecil, telah mengajarkan secara nyata dalam pergaulan, siapa diantara mereka yang layak menjadi pemimpin. Tidak dipungkiri, seberapa banyak hal yang sangat berguna pada game online, tapi rasanya penting disiasati terutama sikap egoisme sebagai dampak game online yang bermain sendiri. Setidaknya bagaimana menanamkan praktik tata kehidupan sosial sebagai ibadah sosial sejak dini. Peran orang tua dengan kearifan lokal yang kita miliki, sangat penting dalam menata anak mulai lepas dari kebiasan bermain game online dengan dampak kehidupan sosial yang minim. Kita bukan ingin berorientasi ke masa lalu.
Namun tidak salah kecerdasan diasah dan diasuh dengan nilai-nilai kerifan lokal yang cerdas dan berkarakter. Semoga fenomena Latok-latok di akhir tahun 2022 ini, menjadi bagian isnpirasi bagi kita untuk mendidik anak dengan menggunakan kearifam lokal pada momen pergantian tahun ke Tahun 2023 ini. Sehingga Latok-latok ini muncul lagi di bumi ditengah-tengah canggihnya teknologi setelah menghilang puluhan tahun yang lalu, membawa misi yang baik di tahun 2023.
Telah diterbitkan di : mohganews.co.id
Posting Komentar untuk "LATTOK-LATTOK DI AKHIR TAHUN 2022"