Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MARKUSIP (Romantika Adab Pencarian Jodoh Bangsa Mandailing)

mdaudbatubara.id, Markusip berasal dari kata “kusip” (bahasa Mandailing) yang artinya bisik, sehingga secara harfiah markusip dapat diartikan sebagai berbisik. Bagi Bangsa Mandailing Markusip merupakan tradisi tatacara komunikasi romantika yang dinamis dari pasangan remaja ke arah perjodohan. Markusip (berbisik) harfiahnya adalah cara berbicara yang dilakukan dengan volume suara yang pelan-pelan, cenderung seakan hanya mendesis sehingga tidak didengar orang lainnya. Dapat dimaknakan bahwa markusip dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dan lebih pada bersifat rahasia baik pertemuannya maupun isi pembicaraanya. 

Komunikasi romantis ini dilakukan oleh pasangan remaja yang pelaksanaannya berada di antara dinding atau kolong rumah, dimana remaja perempuan (bujing-bujing) berada di dalam rumah, sedangkan remaja pria (poso-poso) di bagian luar, dengan posisi mendekatkan kuping ke dinding atau ke lantai kolong rumah. Tentu rumahnya adalah rumah panggung yang biasanya dari kayu. Markusip yang dilakukan malam hari, dimulai saat para orang tua telah tidur dan berakhir saat keduanya bersepakat mengakhiri percakapan romantikan diakhiri, yang terkadang dapat berlangsung sampai larut malam, atau juga karena terusir oleh pemilik rumah karena dianggap telah mennggangu atau telah diluar tradisi. 

Proses markusip dimulai dengan inisiatif pemberitahuan dari sang poso-poso kepada bujing-bujing yang ditaksirnya, bahwa ianya berencana menyampaikan isi hati dan akan hadir malam hari untuk markusip. Untuk jenis ini, bila ada tanggapan maka kemungkinan dapat dilanjutkan dengan PDKT. Sedangkan bagi yang sudah menjalin hubungan dilakukan dengan cara memberitahu dengan kode (sandi)  kepada bujing-bujing. Tujuan sandi ini agar si bujing- bujing selain memberi tahu sudah datang di lokasi, juga agar pasti bahwa poso-poso yang datang sudah benar sang pujaan. Hal ini dilakukan karena tidak ada tatap muka dengan hanya menghandalkan suara, sehingga jelas identitas poso-poso untuk menjaga martabat bujing-bujing. Sandi biasanya dilakukan dengan suara alami seperti suara kucing, cicak, tokek dan lainnya agar tidak menarik perhatian orang lain.

Perlu di jelaskan bahwa dahulunya karena ruang rumah yang terbatas, bujing-bujing di pedesaan Mandailing tidur secara berkelompok pada rumah-rumah warga yang ruang rumahnya lebih lapang. Proses ini disebut dengan Martandang (akan dinarasikan pada naskan lainnya).  Sedangkan rumah tempat martandang disebut dengan Bagas Partandangan. Di bagas partandangan inilah biasnya terjadi proses markusip, disamping satu atau dua rumah lain yang bukan bagas partandangan.  Disinilah perlunya sandi antara kedua belah pihak dengan tujuan tidak salah orang. Jadi jelaslah bahwa markusip sering dilakukan secara bersama-sama.

Bagi orangtua pemilik Bagas Partandangan bukan tidak mengetahui adanya proses markusip di rumahnya. Bahkan pada pemilik rumah juga telah diberikan kepercayaan untuk membina hubungan ini sesuai tradisi, untuk tidak melampaui batas-batas tradisi adat Bangsa Mandailing. Sang orangtua juga memiliki etika bila untuk keperluan tertentu secara mendadak harus keluar rumah, sedangkan beberapa remaja sedang dalam proses markusip di sekitar rumahnya. Yang disebut dengan istilah “dehem-dehem laos tu toru” (mendehem/memberi kode kalau mau turun dari rumah). Sehingga bujing-bujing dan psoso-poso dihargai oleh orang tua dengan memberi kode. Tentu sebaliknya juga harga diri pemilik rumah juga harus dijaga.

Lebih lanjut akan terjadi komunikasi romantis, dengan dominasi kata-kata yang digunakan berupa kalimat-kalimat sastra Mandailing yang di dominasi pantun daerah. Dalam menggunakan pantun biasanya dilakukan berbalas pantun dengan makna penguatan hati dan keyakinan. Bila komunkasi semakin baik akan berlanjut dengan corom, (akan dinarasikan pada naskan lainnya) yakni pemberian cindera mata dari salah satu pihak. Penyerahan corom biasanya pada saat markusip yang diserahkan lewat jendela. Jendela akan dibuka secara perlahan sehingga tidak terdengar oleh pemilik rumah. Bila terpergoki oleh pemilik rumah, maka akan mendapat sanksi tidak diberi kesempatan martandang lagi di rumah tersebut. Hal ini dilakukan dalam tradisi adat dengan tujuan untuk menjaga bujing-bujing dari kemungkinan pelanggaran adab pergaulan. 

Corom biasanya merupakan benda kepemilikan terbalik dalam arti bahwa pria akan men-corom-kan benda yang bersifat milik jenis pria terhadap perempuan dan sebaliknya. Katakan pemberian Sarung dari Pria ke Perempuan atau pemberian Selendang dari wanita kepada Pria. Dengan demikian jelas bagi lingkungannya bahwa yang ia gunakan adalah Corom.

Bila corom telah diterima, maka akan memberi nilai tanggungjawab tradisi bagi kedua belah pihak yakni: Kesediaan yang tulus untuk melanjutkan kejenjang rumah tangga; Menggunakan corom di lingkungan pergaulan yang menandakan bahwa telah berani mengekpos diri terhadap lingkungannya bahwa ianya telah mengikat janji dengan calon pasangannya, dan sekaligus berharap untuk tidak diganggu lagi; dan Menunjukkan rasa bangga terhadap orang lain atas pasangannya. Beranjak dari narasi di atas juga teridentifikasi adanya nilai-nilai tradisi markusip seperti: Batasan tatacara bergaul remaja yang lebih terkontrol; Kekuatan sanksi sosial yang dapat menjaga tatanan pergaulan remaja; Pola penjagaan martabat remaja wanita dan lainnya. 

Demikan satu bagian tradisi adat Bangsa Mandailing yang saat ini sudah mulai tergerus oleh modernisasi peradaban. Namun, markusip dalam wujudnya sampai saat ini juga masih terus berlangsung, hanya saja terjadi perbedaan falsafah, karena juga berubah dalam cara dan peralatan yang sesuai era. Tentu dampaknya juga seiring dengan perubahan peradaban itu sendiri. Bila markusip masa lalu hanya dengan suara yang dibatasi dinding atau lantai, di era milenial ini teah menggunakan teknologi hanphone, sehingga caranya juga sudah dengan banyak jenis seperti menggunakan chat, phone call, video call dan fasilitas lain melalui alat modern, yang dilakukan kapan dan dimana saja tanpa batas tentu juga berbagai dampaknya.


Semoga Bermanfaat. 


Mr D Guru Godang

Salam dari Bumi Gordang Sambilan


Posting Komentar untuk "MARKUSIP (Romantika Adab Pencarian Jodoh Bangsa Mandailing)"