Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

LIDI (Alat Peraga Tradisionil pada Kekekalan Banyak)

 


mdaudbatubara.id, Masa Pandemi Covid-19 masih berlanjut ditandai dengan adanya ancaman virus omicron, sehingga kegiatan pembelajaran anak di sekolah yang saat ini meskipun telah tatap muka, akan tetapi masih dibatasi. Ini artinya selain sekolah, orangtua juga masih harus berperan penting dalam proses pembelajaran anak dalam mengejar target kurikulum. 

Dipahami bahwa pendidikan harus dinikmati oleh semua orang, namun tidak pula dapat dipungkiri bahwa kehidupan tiap keluarga banyak perbedaan terutama strata ekonomi, terkhusus pula dimasa pendemi yang membuat ekonomi bangsa makin terpuruk. Dengan demikian fasilitas belajar yang tersedia selain semakin terbatas karena kemampuan pemerintah untuk menyediakannya juga terbatas. Demikian dalam keluarga harus menyesuaiakan dengan kemampuan masing-masing. Dengan kondisi keterpurukan iniah penting penguatan fasilitas pembelajaran alternatif. 

Beranjak dari kondisi ini baik di sekolah maupun di rumah, tentu membutuhkan alat peraga alternatif yang layak bagi proses pembelajaran anak terutama bagi anak yang masih pada sekolah dasar di kelas-kelas awal. Untuk itu, tulisan ini bertujuan merangsang semua pihak untuk membuka pemikiran, bahwa alat peraga pembelajaran tidak harus benda berbiaya mahal dan modern. Benda sekitar kita juga dapat digunakan dengan kreasi untuk pembelajaran. Sehingga anak sekolah yang sudah tahun kedua bahkan tahun ketiga di sekolah dasar saat ini, ternyata ditemukan banyak yang belum dapat baca tulis tersebut, dapat diminimalisir dari sekolah dan rumah. 

Misalnya apa yang ada di alam bisa dijadikan media pembelajaran matematika, sebagai contoh lidi dari daun kelapa. Bagi sebagian orang mungkin berpikir bahwa lidi kelapa tidak ada kaitannya dengan matematika, tapi dalam kenyataanya, lidi kelapa kalau dimanfaatkan sebaik mungkin dalam pembelajaran matematika, maka ia akan sangat membantu proses pembelajaran. Lidi dapat digunakan sebagai alat peraga pada matematika dalam proses Kekekalan Banyak (Bilangan). Kekekalan Banyak (Bilangan) adalah pemahaman anak terhadap kekekalan bilangan yang harus ia mengerti dengan baik bahwa banyaknya benda akan tetap jumlahnya walaupun letaknya berbeda-beda. Anak yang belum memehami hukum kekekalan bilangan maka ia belum waktunya mendapatkan konsep penjumlahan atau operasi hitung lainnya. Konsep kekekalan bilangan ini menurut Perkembangan Pemikiran Anak oleh Peaget, umumnya dicapai oleh siswa usia sekitar 6 sampai 7 tahun. 

Lidi kelapa, yang dapat dijadikan alat hitung dalam mengerjakan soal-soal matematika ini, telah  terbukti sejak dulu digunakan guru dan anak-anak di desa yang saat itu penuh keterbatasan namun tinggi minat pendidiaknnya, menggunakan lidi kelapa sebagai alat hitung. Lidi kelapa telah menjadi media tradisional dalam pembelajaran matematika di hampir seluruh wilayah nusantara. Pembelajaran berbasis budaya ini dalam konteks pembelajaran matematika dapat dijadikan kembali sebagai inovasi dalam menghilangkan anggapan bahwa alat peraga pembelajaran harganya mahal. Lidi ini digunakan dimasa lalu sebagai alat peraga mata pelajaran Pintar Berhitung yang saat ini dipahami sebagai matematika. 

Berbicara tentang matematika tidak bisa dipungkiri sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan seseorang, karena setiap aktivitas yang dilakukan seseorang, tentu tidak akan terlepas dari matematika. Pelajaran ini termasuk bagian yang harus nol kesalahan, karena berakibat langsung pada tataran kehidupan manusia sehari-hari. Untuk itu, dapat disebut bahwa di bumi ini matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik dimulai dari sekolah dasar, tujuannya adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreaktif. 

Lidi yang dibuat secara sederhana dari bilah lidi yang diperolah dari pelepah daun kelapa, kemudian diserut dan dipotong-potong dalam ukuran sekitar 15-20 cm. Lidi ini digunakan sebagai alat peraga yang membantu anak dalam belajar matematika, sehingga guru ataupun orangtua di rumah dapat dengan lebih mudah menyajikan bahan ajar. Sehingga dapat menuntun anak untuk lebih terampil dalam menjumlahkan, mengurangi, mengalikan maupun membagi bilangan bulat yang dapat meningkatkan hasil belajar terhadap materi matematika tersebut.
 
Alat peraga yang demikian murah, mudah dan efektif ini tentu dapat membantu memberi solusi atas permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di SD. Kurangnya pengetahuan bagi guru, terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika ternyata dapat diminimalisir. Harapan terhadap pentingnya media/alat peraga dalam pembelajaran matematika yang telah diakui sangat penting oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan, ternyata ada bagian yang dapat disiasati dengan pola-pola tradisionil yang lebih kreatif dari kearifan lokal budaya sendiri.

Fungsi lidi sebagi media belajar adalah untuk mempermudah anak-anak SD kelas awal dalam berhitung, baik perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan, bahkan media lidi dapat juga disiasati menjadi berbagai bentuk bangun datar seperti persegi, segitiga dan lain-lain. Manfaat lidi sebagai media belajar lainnya adalah, anak didik dapat belajar sambil bermain, proses belajar mengajar menjadi menarik, anak didik menjadi tidak bosan terhadap materi yang disampaikan, anak didik lebih mudah memahami materi pembelajaran matematika yang disampaikan oleh guru dan siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat meningkatkan hasil prestasi belajar anak didik.

Cara penggunaan lidi sebagai media pembelajaran, umpamanya dalam proses perkalian dengan menjelaskan dan memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang. Cara penggunaan media lidi untuk menghitung perkalian 3 x 4 di atas yaitu: Anak didik diminta menyiapkan lidi yang telah dipotong dengan ukuran kira-kira 15 cm; Kemudian diambil potongan lidi sebanyak empat batang, lalu dijadikan satu kelompok; Selanjutnya diambil kelompok potongan lidi seperti diatas sebanyak 3 kali; Sehingga hasil perkalian tersebut anak didik hanya perlu menjumlahkan semua batangan lidi tersebut.

Lidi merupakan perkakas budaya Mandailing dalam proses pembelajaran dimasa serba keterbatasan alat peraga pembelajaran di masa lalu sebagai bentuk kreatifitas lokal, yang juga banyak digunakan  dalam  filosofi-filosofi budaya. Media lidi sudah bersahabat dengan  guru dan anak didik sejak zaman Sekolah Rakyat (SR) di kelas awal. saat mempelajari operasi pintar berhitung. Jelaslah, bahwa matematika menjadi semakin menyenangkan bagi mereka dengan alat peraga, juga pembelajarannya mendekatkan pada nilai-nilai budaya. Media Lidi sangat sederhana namun memiliki manfaat dalam meningkatkan  kreativitas guru. Semoga tulisan ini menjadi motivasi bagi semua lini untuk terus menggali lebih dalam kreatifitas tradisional yang bermanfaat untuk efektifitas pembelajaran dengan biaya murah dari bentuk kearifan bangsa. 


Semoga Bermanfaat.

Mr D Guru Godang


Salam dari Bumi Gorang Sambilan



Posting Komentar untuk "LIDI (Alat Peraga Tradisionil pada Kekekalan Banyak) "